Sabtu, 12 Juni 2010

 

Banyak orangtua yang dihadapkan dengan sebuah pertanyaan sederhana namun berdampak besar. Umur berapa seorang anak diizinkan memiliki ponsel dan jenis seperti apa?

Bagi anak, ponsel berkaitan dengan kehidupan sosial dan keinginan untuk mengesankan anggota kelompoknya. Demikian terungkap dalam penelitian dari Pew Research Center AS.

Studi ini menemukan bahwa setengah dari remaja berusia 12 hingga 17 tahun di AS mengirim 50 pesan SMS setiap hari. Mereka lebih banyak berkirim SMS dibandingkan dengan berbicara di telepon atau tatap muka.

Ruth Peters, psikolog anak dari Clearwater Florida menilai sebagian besar anak tidak siap memiliki ponsel hingga berusia 11-14 tahun. Saat mereka berada di sekolah menengah anak-anak mulai berpergian sendiri ke sekolah, melakukan aktivitas di luar sekolah dan butuh melakukan panggilan telepon ke orangtua menyangkut kegiatan mereka.

Patricia Greenfield, profesor psikologi di University of California Los Angeles, yang spesialisasinya di bidang penggunaan media digital pada anak, mengingatkan bahwa di umur yang belia, orangtua mungkin akan kehilangan informasi mengenai kegiatan anak akibat ponsel mereka.

“Anak-anak menginginkan ponsel, sehingga mereka bisa berkomunikasi secara pribadi dengan kelompok main mereka,” ujar Greenfield. “Anda harus mengawasi sebisa mungkin agar dapat mengatur komunikasi antara orangtua dan anak.”

Saat memilih handset untuk anak, ujar para ahli, pertimbangan pertama adalah apakah akan membeli ponsel atau smartphone. Ponsel secara umum memiliki kamera, akses web serta tombol QWERTY, namun tanpa sistem operasi sehingga tidak memungkinkan mengunduh aplikasi seperti pada smartphone.

Orangtua harus menyadari bahwa dengan membelikan ponsel yang bisa mengakses web memungkinkan anak melakukan sesuatu tanpa pengawasan. Misalnya mengakses konten ataupun situs jejaring sosial hingga menonton video yang sejatinya terlarang bagi anak-anak.

“Beberapa fitur ponsel juga dapat membuat perilaku kecanduan seperti kekerasan cyber, sexting (pengiriman gambar telanjang lewat pesan SMS), ngobrol di kelas, dan bagi remaja yang lebih tua ponsel dapat mengganggu konsentrasi saat berkendara,” ujar Dr James P Steyer, kepala eksekutif lembaga nonprofit Common Sense Media.

Dr Steyer juga menyarankan orangtua untuk tidak memberikan ponsel dengan kamera dan internet pada anak berusia di bawah 13 tahun. “Jika mereka tidak memiliki akses, maka akan semakin aman,” ujarnya.

Jika orangtua memberikan smartphone atau ponsel, yang paling penting diingat adalah melakukan pembatasan internet, pengiriman SMS serta panggilan hingga berusia 15 sampai 16 tahun, di mana anak sudah lebih dewasa dan memahami tanggung jawab lebih besar

Orangtua memiliki beberapa cara untuk membatasi fitur yang dianggap berbahaya. Di Amerika Serikat, orangtua dapat bekerja sama dengan operator yang memungkinkan orangtua menentukan limit per menit, pembatasan setiap harinya bahkan memantau penggunaan panggilan atau SMS oleh anak.

Orangtua juga dapat meminta operator memblokir konten atau mencegah anak dari kiriman foto. Orangtua juga dapat membeli perangkat lunak di beberapa vendor seperti My Mobile Watchdog di mana dapat membuat orangtua menerima copy dari pesan atau gambar yang dikirimkan anak.

Orangtua juga sebaiknya mengkhawatirkan perangkat lain seperti iPod. Secara teknis, perangkat itu memang bukan ponsel. Namun dengan keberadaan fitur WiFi anak dapat mengunduh aplikasi seperti TextFree serta Skype yang memungkinkan mereka berkirim SMS atau menelepon dengan gratis.

0 komentar:

Posting Komentar